Meningkatnya Kasus Kekerasan Anak terhadap Orang Tua: Apa Penyebabnya?

Sabtu, 7 Desember 2024 pukul 21.51Waktu baca 2 menit

Banner Infografis Kronologi Mantan Mendag Tom Lembong Jadi Tersangka Kasus Impor Gula. (Liputan6.com/Abdillah)

Kasus kekerasan anak terhadap orang tua semakin marak, memicu perhatian akan penyebabnya. Fenomena ini dipengaruhi oleh berbagai faktor, seperti pola asuh tidak sehat, gangguan psikologis, tekanan ekonomi, pengaruh lingkungan, dan kurangnya keterampilan mengelola emosi.

Kekerasan yang dilakukan anak terhadap orang tua, belakangan ini semakin sering dilaporkan di berbagai media, menimbulkan banyak pertanyaan tentang apa yang memicu tindakan kekerasan tersebut.

Ada beberapa faktor yang bisa menjelaskan fenomena ini, dan bukan hanya soal kesalahan anak semata, tetapi juga dipengaruhi oleh pola asuh orang tua, tekanan sosial, dan faktor psikologis. Berikut beberapa faktor yang mungkin menjadi pemicu:

Masalah Kesehatan Mental dan Gangguan Psikologis

Banyak kasus kekerasan yang melibatkan anak yang mengalami gangguan mental atau psikologis. Stress emosional, kecemasan, depresi, atau gangguan lain bisa menyebabkan reaksi ekstrem seperti kekerasan. Ini terutama terjadi jika anak tidak mendapat dukungan psikologis atau perawatan yang tepat.

Pola Asuh yang Tidak Sehat

Pola asuh yang otoriter atau terlalu permisif bisa mempengaruhi perkembangan emosi dan perilaku anak. Anak yang dibesarkan dalam lingkungan penuh kontrol tanpa adanya komunikasi yang baik bisa tumbuh dengan perasaan tertekan, frustrasi, dan marah, yang berpotensi meledak dalam bentuk kekerasan. Sebaliknya, jika orang tua terlalu mengabaikan tanggung jawab atau tidak memberi batasan yang jelas, anak mungkin merasa tidak ada kontrol dalam hidup mereka, yang bisa memicu perilaku destruktif.

Pengaruh Media Sosial dan Kekerasan

Konten media sosial yang menggambarkan kekerasan atau perilaku agresif bisa mempengaruhi anak-anak, terutama yang masih dalam masa perkembangan. Anak-anak yang terpapar pada kekerasan dalam media atau bahkan dalam kehidupan sehari-hari mereka (misalnya di lingkungan sekolah atau rumah) cenderung meniru perilaku tersebut.

Kurangnya Keterampilan Mengelola Emosi

Anak-anak yang tidak diajarkan keterampilan mengelola emosi dan konflik mungkin lebih mudah terjerumus dalam kekerasan. Orang tua yang tidak memberikan contoh dalam hal penyelesaian konflik yang sehat bisa menyebabkan anak belajar mengekspresikan frustasi mereka dengan cara yang tidak konstruktif, seperti kekerasan fisik.

Kurangnya Komunikasi dalam Keluarga

Ketika komunikasi antara orang tua dan anak buruk, atau ketika anak merasa tidak didengar atau dipahami, mereka mungkin merasa tidak memiliki pilihan selain menggunakan kekerasan untuk mengekspresikan diri. Masalah ini sering kali lebih buruk dalam keluarga yang tidak terbuka dalam berbicara tentang perasaan, atau ketika ada ketidakharmonisan yang tidak diselesaikan.

Ketegangan Ekonomi dan Sosial

Tekanan finansial atau masalah ekonomi yang dihadapi keluarga juga bisa memperburuk hubungan antara anak dan orang tua. Ketegangan ini kadang-kadang bisa mengarah pada ketidakharmonisan dalam keluarga, yang memicu ketegangan emosional dan akhirnya kekerasan. Anak mungkin merasa tertekan karena tidak mendapatkan apa yang mereka inginkan, sementara orang tua juga menghadapi tekanan untuk memenuhi kebutuhan hidup.

Pengaruh Lingkungan atau Teman Sebaya

Lingkungan tempat tinggal anak, teman sebaya, dan pengaruh luar lainnya juga bisa berperan penting. Anak yang tumbuh di lingkungan dengan tingkat kekerasan yang tinggi atau yang bergaul dengan teman-teman yang berperilaku agresif cenderung lebih mungkin untuk meniru perilaku tersebut.

Kejadian ini tidak bisa disalahkan sepenuhnya pada satu pihak saja, baik itu anak atau orang tua. Kekerasan anak terhadap orang tua adalah hasil dari interaksi banyak faktor, termasuk pola asuh yang tidak sehat, kondisi psikologis anak, tekanan sosial dan ekonomi, serta kurangnya keterampilan dalam mengelola emosi dan konflik.

Oleh karena itu, penting bagi orang tua untuk memberi perhatian lebih kepada kesejahteraan emosional anak, serta mengajarkan mereka cara mengelola emosi dengan cara yang sehat. Pendekatan yang holistik dan komunikatif antara orang tua dan anak, serta peran masyarakat yang mendukung, sangat dibutuhkan untuk mencegah kekerasan dalam keluarga.

Ditulis oleh


AS
AS

Tim Redaksi

Editor for Xnaskah