Pembredelan Pameran Seni: Kronologi Pembatalan Pameran Yos Suprapto di Galeri Nasional

Jumat, 20 Desember 2024 pukul 23.36Waktu baca 2 menit

Banner Infografis Kronologi Mantan Mendag Tom Lembong Jadi Tersangka Kasus Impor Gula. (Liputan6.com/Abdillah)

Pameran seni lukisan Yos Suprapto di Galeri Nasional batal karena kontroversi tema dan kurasi. Konflik ini mencerminkan tantangan kebebasan berekspresi dalam seni rupa. (Foto: X)

Pameran tunggal Yos Suprapto bertajuk Kebangkitan: Tanah Untuk Kedaulatan Pangan yang seharusnya berlangsung di Galeri Nasional pada Kamis (19/12) berakhir dengan pembatalan. Keputusan ini diambil setelah terjadi perselisihan antara seniman dan kurator terkait konten beberapa karya seni yang dianggap tidak sesuai dengan tema pameran.

Perselisihan yang Tak Terhindarkan

Yos Suprapto mengungkapkan bahwa kurator Suwarno Wisetrotomo meminta lima dari 30 lukisan untuk diturunkan. Permintaan tersebut, menurut Yos, merusak narasi tema pameran tentang kedaulatan pangan. "Lukisan-lukisan itu adalah latar belakang situasi dari tema pameran," ujar Yos. Hingga beberapa jam sebelum pembukaan, Yos tetap menolak permintaan ini, yang akhirnya memicu pembatalan total pameran.

Ketakutan atau Profesionalisme?

Yos menilai ada ketakutan kurator terhadap implikasi politik dari karya-karyanya. "Menteri Kebudayaan yang dijadwalkan hadir pun belum melihat lukisan tersebut," katanya. Di sisi lain, kurator Suwarno menjelaskan dua karya Yos dinilai terlalu vulgar dan menyimpang dari metafora yang menjadi kekuatan seni. Ia juga menyebut bahwa karyanya menyerupai makian yang dapat merusak fokus pameran.

Lampu Padam dan Pintu Terkunci

Pembatalan pameran diwarnai oleh langkah Galeri Nasional mematikan lampu ruang pameran dan mengunci pintu. Yos menyatakan kesiapannya membawa pulang karya-karya tersebut ke Yogyakarta, meskipun Dewan Kesenian Jakarta menawarkan solusi untuk memamerkan karya di lokasi lain.

Pandangan Publik dan Penutup

Budayawan Erros Djarot menyebut situasi ini sebagai bentuk "ketakutan berlebihan" dari kurator, sementara fotografer Oscar Motulloh menilainya sebagai pembredelan seni rupa pertama di era pemerintahan Prabowo Subianto. Perdebatan ini membuka diskusi lebih luas tentang kebebasan seni di Indonesia dan batasan yang harus dijaga dalam ekspresi seni kontemporer.

Ditulis oleh


AS
AS

Tim Redaksi

Editor for Xnaskah