Ketegangan Memuncak Akibat Aneksasi Ilegal Penjajah Israel di Gaza Dan Lebanon
Sabtu, 30 November 2024 pukul 10.00 • Waktu baca 2 menit
Sabtu, 30 November 2024 pukul 10.00 • Waktu baca 2 menit
Ketegangan meningkat di Gaza dan Lebanon, dengan pelanggaran HAM dan ambisi politik Israel memicu respons keras dari komunitas internasional.
Pada 6 Desember 2024, kekejaman militer Israel di Gaza kembali menjadi sorotan dunia. Serangan udara menghancurkan sebuah gedung tempat tinggal di Beit Lahiya, Gaza utara, yang menewaskan setidaknya 15 warga Palestina. Ledakan dan jeritan mencekam kini menjadi pemandangan sehari-hari di kawasan tersebut, dengan puing-puing bangunan menjadi saksi bisu dari tragedi kemanusiaan ini.
Amnesty International menyatakan bahwa serangan ini memenuhi kriteria genosida. Berdasarkan bukti rekaman dan kesaksian, mereka mendesak komunitas internasional untuk menjatuhkan sanksi kepada Israel. "Kejadian ini bukan sekadar konflik, melainkan pelanggaran serius terhadap hak asasi manusia," ujar perwakilan Amnesty.
Di tengah situasi genting ini, Menteri Luar Negeri Israel Gideon Saar mengungkapkan peluang negosiasi pembebasan tawanan Hamas. Namun, langkah tersebut tidak berjalan mulus. Hamas telah mengirim delegasinya ke Doha, menandakan bahwa proses negosiasi penuh dengan tantangan.
Di sisi lain, Menteri Keuangan Israel Bezalel Smotrich justru memanfaatkan situasi ini sebagai peluang politik. Ia menyebut konflik ini sebagai "kesempatan emas" untuk merealisasikan aneksasi resmi wilayah Tepi Barat, memanfaatkan kondisi politik global yang dinilainya mendukung langkah tersebut.
Tak hanya Gaza, ketegangan juga meningkat di Lebanon selatan. Serangan udara Israel di desa Aitaroun melukai lima warga sipil, melanggar gencatan senjata yang sebelumnya ditengahi oleh Amerika Serikat. Penduduk lokal hidup dalam ketakutan akan serangan lanjutan, yang seakan bisa terjadi kapan saja..
Hezbollah, kelompok bersenjata yang berpengaruh di Lebanon, menegaskan dukungannya terhadap pemerintah Suriah. Mereka menuduh kelompok oposisi bersenjata di Suriah melakukan agresi yang "disponsori Amerika Serikat dan Israel," memperlihatkan bahwa konflik ini memiliki dimensi geopolitik yang jauh lebih besar.
Editor for Xnaskah