1b:I[19532,["2266","static/chunks/870fdd6f-3912ca74b8a92cad.js","5802","static/chunks/69b09407-84c91e6eea8c708c.js","4316","static/chunks/ad2866b8-d0bec4e3c1a621aa.js","5992","static/chunks/5992-13baa824d37d46e6.js","4014","static/chunks/4014-5652612f402bfa43.js","2636","static/chunks/2636-63f5939d197c856c.js","5960","static/chunks/5960-ad04dee958f7eadc.js","6634","static/chunks/app/%5Bchannel_slug%5D/%5Bslug_url%5D/%5Bid%5D/page-9da53a10698cafea.js"],"default"] 1c:T777,

Indonesia berfokus pada Rusia sebagai alternatif pasar di tengah tekanan tarif impor oleh Amerika Serikat dan ketidakpastian ekonomi global. Ketua Komite Rusia Kadin Indonesia, Didit Ratam, mempertegas langkah strategis ini saat "Rusia-Indonesia Business Forum" tahun 2025.

Didit menyatakan bahwa partisipasi Indonesia dalam BRICS mulai Januari 2025 dan keterlibatan dalam New Development Bank menjadi momen penting untuk memperkuat hubungan ekonomi dengan Rusia. "Kami ingin memanfaatkan BRICS untuk memperluas akses pasar ke Rusia," ujarnya.

Ia menekankan pentingnya forum bisnis bagi peningkatan konektivitas dan volume perdagangan kedua negara. "Kadin Indonesia dan seluruh perusahaan senang mengadakan forum ini, meningkatkan lingkungan ekonomi antara Indonesia dan Rusia," tutur Didit.

"Ini kan sebuah proses. Jadi kita ketemu, dan pada akhirnya transaksi itu akan terjadi. Mungkin akan makan waktu, tapi yang kita tekankan adalah semakin banyak partisipasi dari teman-teman Indonesia," ucap Didit.

Diversifikasi Pasar Non-Tradisional

Terkait apakah Rusia bisa menjadi pasar alternatif, Didit yakin, sebutannya untuk Rusia sebagai pasar non-tradisional yang digarap Indonesia, di samping Amerika Selatan dan Latin."Pasar non-tradisional ini, termasuk Rusia, memiliki potensi besar," jelasnya.

Saat ini, perdagangan Indonesia dan Rusia mencapai sekitar USD 4 miliar dan ditargetkan menembus USD 5 miliar. Didit menyoroti defisit perdagangan USD 900 juta dan pentingnya keseimbangan. Ia mengajak pengusa